Thursday 18 January 2018

wukuf, thawaf, dan sa'i


1. WUKUF
  1.  Sejarah wukuf di Arafah
Arafah merupakan  sebuah lembah yang terletak di antara Muzdalifah dan Thaif. Terbentang mulai dari perbatasan kawasan Arafah sampai di gunung yang dinamakan Jabal Arafah. Yang mengelilingi lembah ini mulai dari arah timur berbentuk seperti setengah lingkaran.
Di ujung sebelah selatan adalah jalan menuju Thaif dan ujung utara terdapat Jabal Rahmah. Di sebelah barat terdapat sebuah bukit bebatuan, di tempat inilah Rasulallah berkhutbah. Di bawahnya terdapat sebuah musholla yang dikenal dengan nama mesjid Shakrat. Jarak antara batas awal Arafah dengan kaki gunung Arafah sekitar 1500 meter.
Arafah adalah padang pasir yang menyimpan sejarah manusia. Dahulu, Nabi Ibrahim mengharapkan kelahiran anak. Sebab, bapak para Nabi itu belum mendapatkan anak meski sudah puluhan tahun menikah. Bahkan, dia mengatakan, seandainya dikaruniai anak, Ibrahim siap menjadikan anak itu sebagai kurban untuk Allah.
Allah memerhatikan perkataan itu. Pernikahan Ibrahim dengan Sarah menghasilkan seorang anak, Ismail. Ibrahim kemudian bermimpi menyembelih anaknya. Dia bangun, kemudian merenungkan mimpi itu pada 8 Dzulhijah.
Dia bertanya-tanya, apakah mimpi tersebut benar dari Allah atau bukan. Sehari kemudian dia mengetahui ('arafa) benar mimpi itu dari Allah. Ketika itu, Ibrahim berada di padang Arafah. Dengan berat hati, Ibrahim berniat menyembelih Ismail pada 10 Dzulhijah. Namun, hal itu tak terjadi, karena Allah memerintahkan untuk menyembelih hewan kurban.
Jauh sebelum kehidupan nabi Ibrahim, padang Arafah menjadi petunjuk bagi Nabi Adam dan Hawa. Setelah meninggalkan surga, keduanya hidup berpencar. Malaikat mengarahkan mereka untuk menuju Arafah. Di sana keduanya harus bertaubat, memohon ampunan Allah atas dosa-dosa yang diperbuat.
Adam dan Hawa telah memakan buah Khuldi yang dilarang, sehingga mereka meninggalkan surga. Kemudian hidup di bumi.

Prof M Mutawalli asy-Sya'rawi dalam al-Hajjul Mabrur mengatakan, setelah Adam dan Hawa kembali bersama di Arafah, keduanya tak lagi berpisah hingga akhir hayat.Keduanya sama-sama memohon ampunan Allah.
Kemudian dikatakan, Adam dan Hawa telah mengetahui ('arafa) dosanya. Mereka juga mengetahui caranya bertaubat.
Kisah Ibrahim dan Adam sama-sama menyiratkan makna, Arafah adalah tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Manusia tak hanya memikirkan dirinya sendiri, atau orang lain. Mereka juga harus merenungkan dosa-dosa yang pernah diperbuat. Mereka kemudian memohon ampunan Allah, seperti yang dilakukan Adam, Hawa, dan Ibrahim, di Arafah.
Kini Arafah menjadi tempat umat Islam berdiam diri atau berwukuf. Di sana, jamaah haji berzikir dan bertaubat kepada Allah.
Pakar ilmu Alquran, Prof Quraish Shihab dalam Haji dan Umrah menuliskan, wukuf adalah keberadaan di Arafah. Waktunya mulai matahari tergelincir atau waktu Zhuhur, sampai terbenam. Mazhab Hambali berpendapat waktunya mulai dari terbit fajar 9 Dzulhijah.
Sedangkan Mazhab Maliki berpendapat, keberadaan di Arafah harus mencakup sebagian dari waktu siang dan sebagian dari waktu malam. Imam Syafi'i berpendapat, wukuf dinilai sah apabila jamaah haji sudah mencapai Arafah, walau pun hanya sesaat.
Tidak ada ketentuan harus berwukuf di bagian mana. Selama jamaah haji berada di area Padang Arafah selama musim haji, maka mereka sudah dikategorikan berwukuf. Ini adalah kesepakatan seluruh ulama.Padang Arafah semuanya merupakan tempat berwukuf,  kecuali kawasan ‘Urnah. Apabila seseorang wukuf di tempat ini, maka wukufnya tidak sah menurut ijma’ ulama. Wukuf diutamakan berada di bebatuan, sebuah tempat Rasulallah melangsungkan  wukuf.
Jamaah haji dianjurkan dalam keadaan bersuci ketika melakukan wukuf. Mereka juga diharapkan menghadap kiblat untuk berzikir. Tak lupa pula untuk memperbanyak doa, baik bagi diri sendiri, maupun kelompok. Boleh dengan bahasa Arab, ataupun bahasa Indonesia
  1. Tat Cara Wukuf
·         Melaksanakan sholat Dluhur dan Asar dijama’ kemudian menghadap kiblat, memperbanyak istighfar, berdzikir dan berdo’a baik untuk diri pribadi maupun orang lain, mengenai kepentingan agama atau dunia disertai taqwa dan perhatian penuh, sambil mengangkat kedua tangan. Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.
·         Setelah Maghrib, lalu perlahan-lahan meninggalkan padang Arafah menuju ke Mudzalifah dengan tenang dan tentram, sesuai dengan hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
  1. Keutamaan Wukuf
Manfaat bertasbih, bertahmid, bertahlil dan bertakbir sbb:
Bertsbih (mengucap Subhaanallaah) 100 kali di pagi hari da 100 kali di sore hari, maka kita diberi pahala sebagaimana 100 kali naik haji.

سُبْحَانَ اللهِ

Bertahmid (mengucap Al-Hamdulillaah) 100 kali di pagi hari dan 100 kali di sore hari, maka kita diberi pahala sebagaimana orang yang telah menyerahkan 100 ekor unta ke dalam sabilillah atau sebgaimana pahalanya 100 kali dalam sabilillah.

اَلْحَمْدُ اللهِ

Bertahlil (mengucap Laa ilaaha illallaah) 100 di pagi hari dan 100 kali di sore ahri, pahalanya bagaikan memerdekaan 100 orang budak dari keturunan Ismail.

لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ

Bertakbir (mengucap Allaahu akbar) 100 kali di pagi hari dan 100 kali di sore hari, maka tidak seorangpun yang mampu menandingi pahala orang tersebut kecuali orang yang sama-sama bertakbir kepada Allah.

اَللهُ اَكْبَرُ

Apabila kita mengucapkan Subhaanallaah Wabihamdih  100 kali di pagi hari dan 100 kali di sore ahri, maka tidak ada seorang pun yang bisa menandingi pahala orang tersebut di hari kiamat, melainkan orang yang sama-sama mengamalkannya. Aapabila membaca kalimat ini 100 kali dalam sehari, maka pahala yang didapat sama dengan memerdekakan 10 orang budak dan ditulis baginya 100 kebaikan serta dihapus  100 kejelakannya dan ia dijaga dari gangguan syetan dari pagi hingga sore hari, dan dari sore hingga pagi hari, dan akan diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih lautan (R. Tirmidzi).

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ

Manfaat berdo’a di padang Arofah adalah akan dikabulkan semua do’a yang panjatkan kepada Allah. Hanya, ada yang akan dikabulkan secara tunai, ada yang ditunda dan ada yang diganti dengan hal lain yang lebih baik.
Manfaat dari Wukuf yang dilakukan semata-mata karena Allah, akan diampuni semua dosa-dosa kita meskipun sebanyak tetesan hujan, sebanyak butiran pasir di pantai, dan sebanyak buih lautan. Semua akan diampuni.
  1. Tertib Wukuf
Wukuf di Arafah merupakan saat-saat yang paling penting. Karena itu jemaah haji perlu memperhatikan berbagai persiapan dan tertib wukuf:
·         Berdoalah yang khusu' karena Arafah dijanjikan sebagai tempat yang mustajab untuk berdoa.
·         Jangan membunuh binatang dan berkata-kata yang tidak baik.
·         Perbanyaklah membaca zikir dan berdoa.
·         Mintalah kepada Allah sesuatu yang kita mohonkan, karena Allah Maha Kaya, juga karena dengan kehadiran kita adalah salah satu kehendak dan panggilan Allah Swt.
·         Biasanya masalah air di Arafah sering menjadi persoalan besar, karena sangat julah yang terbatas. Siapkan air dalam botol atau spray gun. Saat krisis air terjadi, bisa digunakan untuk berwudhu.
·         Jangan lupa membawa semprotan air. Untuk mengatasi suhu di sana yang biasanya cukup tinggi, basahi tubuh dengan semprotan air.
·         Banyak makan dan minum serta mengkonsumsi vitamin untuk menambah energi.
·         Jaga suasana wukuf agar selalu tenang dan khusuk. Jangan ribut apalagi berteriak-teriak.
·         Jangan berbantah-bantahan.
  1. Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada wukuf
·         Sebagian jamaah ada yang sudah berhenti diluar batas Arafah dan tetap diam disitu sampai matahari tenggelam. Kemudian berangkat ke Mudzalifah, tanpa wukuf di Arafah. Ini adalah kesalahan yang besar karena sesungguhnya haji itu adalah wukuf di Arafah sehingga mereka batal hajinya.
·         Sebagian jamaah ada yang meninggalkan Arafah sebelum terbenam matahari. Hal itu tidak boleh karena wukuf Arafah harus sampai matahari terbenam dengan sempurna.
·         Berdesak-desakan untuk naik ke atas gunung Arafah (Jabal Rahmah) yang dapat menimbulkan banyak mudharat. Seluruh padang Arafah adalah tempat untuk wukuf.
·         Ada sebagian jamaah menghadap ke arah gunung Arafah ketika berdoa. Hal ini, tidak benar kerana seharusnya menghadap Ka’bah.
·         Ada sebagian jamaah membuat gundukan pasir/kerikil. Hal itu, juga tidak benar karena tidak ada dalam ajaran Islam
  1. Waktu Wukuf di Arafah
a. keberangkatan
Disyari’atkan datang ke Arafah setelah terbit matahari pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) dan melaksanakan shalat dzuhur dan ashar di qashar dan jama’ taqdim dengan satu adzan dan dua iqamat karena meneladani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Dan jama’ah haji berada di Arafah hingga terbenam matahari dengan memperbanyak dzikir, do’a, membaca al-Qur’an dan talbiyah. Juga disyariatkan memperbanyak membaca :
“Laa ilaha illallahu wah dahu laa syaikalahu, lahulmulku walahulhamdu wahuwa ‘alaa kulli syain qadiir, subhaanallahi walhamdullahi walaa ilaha ilallahu wala hawla wala quwwata illa billahi”
Juga disunnahkan mengangkat kedua tangan dan menghadap kiblat ketika berdoa dengan memuji Allah dan membaca shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada awal dan akhir do’a, karena Arafah semuanya adalah tempat wukuf. Lalu ketika matahari terbenam disyri’atkan meninggalkan Arafah untuk menuju Muzdalifah dengan suasana tenang disertai memperbanyak talbiyah. Dan jika telah sampai di Muzdalifah melaksanakan shalat maghrib dan isya dijama’ dengan satu adzan dan dua iqamat, di mana shalat Maghrib tetap dilakukan tiga rakaat sedang shalat Isya dilaksanakan dua rakaat.
MENINGGALKAN ‘ARAFAH SEBELUM MATAHARI TERBENAM
b. Hukum meninggalkan yang meninggalkan ‘arafah sebelum matahari terbenam karena kondisi pekerjaan
Bagi orang yang meninggalkan ‘Arafah sebelum matahari terbenam, maka menurut mayoritas ulama, dia wajib membayar kifarat, yaitu menyembelih kurban yang disembelih dan dibagikan kepada orang-orang miskin di tanah suci. Tapi jika dia kembali lagi ke Arafah pada malam hari maka kifarat tersebut gugur darinya.
WUKUF DI LUAR ‘ARAFAH
c. Hukum hajinya jika orang yang haji wukuf di luar batas ‘Arafah, dekat darinya, hingga terbenam matahari kemudian meniggalkan ‘Arafah.
jika orang haji tidak berada di ‘Arafah pada waktu wukuf, maka tiada haji baginya. Adapun waktu wukuf adalah setelah matahari condong ke barat pada hari Arafah sampai terbit fajar pada malam Idul Adha. Ini adalah yang disepakati semua ulama. Sedanghkan wukuf sebelum matahri condong ke barat maka terdapat perbedaan pendapat di antara ulama. Mayoritas ulama mengatakan wukuf Arafah dianggap tidak sah jika tidak dilakukan setelah matahri condong ke barat dan pada malam hari. Maka siapa yang wukuf pada siang hari setelah matahari condong ke barat atau pada malam hari maka telah cukup baginya. Namun yang utama adalah agar seseorang wukuf setelah shalat dzuhur dan shalat ashar dengan jama’ taqdim sampai matahari terbenam, dan tidak boleh meninggalkan Arafah sebelum matahari terbenam bagi orang yang wukuf pada siang hari. Jika dia melakukan demikian, maka menurut mayoritas ulama, dia wajib menyembelih kurban karena meninggalkan kewajiban haji, yaitu wukuf di Arafah antara malam dan siang bagi orang yang wukuf siang hari.
TIDAK DAPAT WUKUF SIANG, BOLEH WUKUF PADA MALAM HARI
d. Seseorang melaksanakan amal-amal haji, tapi pekerjaannya tidak memungkinkan dia wukuf di Arafah pada siang hari. Apakah dia boleh wukuf pada malam hari setelah manusia meninggalkan Arafah ? Berapa lama waktu wukuf yang cukup baginya ? Dan apakah jika dia lewat dengan mobilnya di Arafah maka demikian itu telah cukup baginya ?
Waktu wukuf di Arafah adalah dari terbit fajar hari kesembilan Dzulhijjah sampai terbit fajar malam Idul Adha. Jika seseorang tidak memungkinkan wukuf pada siang hari lalu dia wukuf pada malam hari setelah manusia meninggalkan Arafah demikian itu telah cukup baginya, hingga walaupun dia wukuf pada akhir malam mejelang subuh dan hanya beberapa menit. Demikian juga kalau seorang melewati Arafah di atas kendaraannya, maka sudah cukup baginya. Tapi yang utama adalah bila seorang hadir pada waktu manusia wukuf bersama-sama mereka dalam berdo’a pada sore hari ‘Arafah dengan khusyu dan berharap sebagaimana mereka mengharapkan turunnya rahmat dan didapatkannya ampunan Allah. Tapi jika seseorang terlewatkan waktu siang, maka dia dapat wukuf pada malam hari. Adapun yang utama adalah bila seseorang bersegera wukuf kapan dia mampu melakukan dan singgah di Arafah walaupun sebentar saja seraya memanjatkan do’a kepada Allah dan merendahkan diri dalam meminta kepada-Nya, kemudian pergi bersama mereka ke Muzdalifah dan mabit di Muzdalifah sampai akhir malam sehingga hajinya sempurna.
Doa Selama Wuquf di Padang Arafah
Pertama: Membaca doa-doa yang ma’tsur yaitu doa-doa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), antara lain:
اَللَّهُمَّ اِنِّي عَبْدُكَ فَلاَ تَجْعَلْنِي مِنْ اَخْيَبِ وَفْدِكَ، وَارْحَمْ مَسِيْرِي اِلَيْكَ مِنَ الْفَجِّ الْعَمِيْقِ. اَللَّهُمَّ رَبَّ الْمَشَاعِرِ كُلِّهَا فُكَّ رَقَبَتِي مِنَ النَّارِ، وَاَوْسِعْ عَلَيَّ مِنْ رِزْقِكَ الْحَلاَلِ، وَادْرَأْ عَنِّي شَرَّ فَسَقَةِ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ. اَللَّهُمَّ لاَ تَمْكُرْبِي وَلاَتَخْدَعْنِي وَلاَ تَسْتَدْرِجْنِي. اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْأَلُكَ بِحَوْلِكَ وَجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ وَمِنْكَ وَفَضْلِكَ يَا اَسْمَعَ السَّامِعِيْنَ يَا اَبْصَرَ النَّاظِرِيْنَ يَا اَسْرَعَ الْحَاسِبِيْنَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اَنْ تُصَلِّيَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَاَنْ تَرْزُقَنِي خَيْرَ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, jangan jadikan aku tamu-Mu yang paling sia-sia, sayangi perjalananku menuju-Mu dari tempat yang jauh. Ya Allah, Tuhannya seluruh Masy‘ar (tempat ibadah haji), selamatkan daku dari api neraka, luaskan bagiku rizki-Mu yang halal, lindungi aku dari keburukan jin dan manusia yang fasik. Ya Allah, jangan makari daku,

jangan tipudaya aku, jangan murkai aku. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan kekuatan-Mu, kedermawanan dan kemuliaan-Mu, karunia dan anugerah-Mu wahai Yang Maha Mendengar dari semua yang mendengar,
wahai Yang Maha Melihat dari semua yang melihat, wahai Yang Paling cepat hisab-Nya, wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluargaMuhammad, anugerahkan padaku kebaikan di dunia dan akhirat.
Kedua: Kemudian angkatlah tangan untuk memohon hajat kepada Allah swt dengan bahasa kita. Lalu dilanjutkan dengan membaca doa berikut ini:
اَللَّهُمَّ حَاجَتِي اِلَيْكَ الَّتِي اِنْ اَعْطَيْتَنِيْهَا لَمْ يَضُرَّنِي مَامَنَعْتَ، وَاِنْ مَنَعْتَنِيْهَا لَمْ يَنْفَعْنِي مَااَعْطَيْتَ، اَسْأَلُكَ خَلاَصَ رَقَبَتِي مِنَ النَّارِ. اَللَّهُمَّ اِنِّي عَبْدُكَ وَمِلْكُ يَدِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، وَاَجَلِي بِعِلْمِكَ؛ أَسْأَلُكَ اَنْ تُوَفِّقَنِي لِمَا يُرْضِيْكَ عَنِّي، وَاَنْ تُسَلِّمَ مِنِّي مَنَاسِكِي الَّتِي اَرَيْتَهَا خَلِيْلَكَ إِبْرَاهِيْمَ صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْهِ، وَدَلَلْتَ عَلَيْهَا نَبِيَّكَ مُحَمَّدًا صَـلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِمَّنْ رَضِيْتَ عَمَلَهُ، وَاَطَلْتَ عُمْرَهُ، وَاَحْيَيْتَهُ بَعْدَ الْمَوْتِ حَيَاةً طَيِّبَةً
Ya Allah, hajatku kepada-Mu adalah hajat yang bila Engkau berikan kepadaku tidak membahayakanku apa yang Kau tahan, dan bila Engkau menahannya dariku tidak bermanfaat bagiku apa yang Kau berikan. Aku memohon kepada-Mu keselamatan diriku dari api neraka. Ya Allah, aku adalah hamba-Mu dan milik-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu, dan ajalku dalam pengetahuan-Mu.
Aku memohon kepada-Mu, bimbinglah aku pada apa yang Kau ridhai, tuntunlah aku pada manasik yang Kau perlihatkan kepada kekasih-Mu Ibrahim (as) dan Kau tunjukkan pada Nabi-Mu Muhammad (saw). Ya Allah, jadikan aku orang yang amalnya Engkau ridhai, yang umurnya Engkau panjangkan, dan Engkau hidupkan setelah kematian dengan kehidupan yang baik.
Ketiga: Kemudian membaca doa berikut ini:
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَيَمُوْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِي تَقُوْلُ وَخَيْرًا مِمَّانَقُوْلُ وَفَوْقَ مَايَقُوْلُ الْقَائِلُوْنَ. اَللَّهُمَّ لَكَ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي، وَلَكَ تُرَاثِي وَبِكَ حَوْلِي وَقُوَّتِي. اَللَّهُمَّ اِنِّي اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَمِنْ وَسَاوِسِ الصُّدُوْرِ وَمِنْ شَتَاتِ اْلأَمْرِ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ. اَللَّهُمَّ اِنِّي اَسْأَلُكَ خَيْرَ الرِّيَاحِ، وَاَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَاتَجِيءُ بِهِ الرِّيَاحُ، فَاَسْأَلُكَ خَيْرَ اللَّيْلِ وَخَيْرَ النَّهَارِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلِْبي نُوْرًا، وَفِي سَمْعِي نُوْرًا، وَفِي بَصَرِي نُوْرًا، وَفِي لَحْمِي وَدَمِي وَعِظَامِي وَعُرُوْقِي وَمَقْعَدِي وَمَقَامِي وَمَدْخَلِي وَمَخْرَجِي نُوْرًا، وَاَعْظِمْ لِي نُوْرًا يَارَبِّ يَوْمَ اَلْقَاكَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya semua kekuasaan dan bagi-Nya segala puji. Dia Yang Menghidupkan dan Dia Yang Mematikan.
Dialah Yang Hidup dan tidak mati. Di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, bagi-Mu segala puji seperti yang Kau firmankan, kebaikan yang kami ucapkan, dan di atas apa yang orang-orang ucapkan. Ya Allah, bagi-Mu shalatku dan ibadahku, hidupku dan matiku; bagi-Mu peninggalanku, dengan-Mu dayaku dan dari-Mu kekuatanku. Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu dari kefakiran, keraguan hati, bencana dari segala persoalan, dan dari siksa kubur. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan angin, aku berlindung dengan-Mu dari keburukan apa yang datang bersama angin, aku memohon kepada-Mu kebaikan malam dan kebaikan siang. Ya Allah, jadikan dalam hatiku cahaya, dalam pendengaranku cahaya, dalam pandanganku cahaya, pada dagingku dan darahku cahaya, tulangku dan urat-uratku cahaya, tempat dudukku dan berdiriku cahaya, tempat masukku dan keluarku cahaya.
Ya Rabbi,Besarkan semua cahaya itu bagiku ya Rabbi pada hari aku menjumpai-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Keempat: Perbanyaklah bersedekah pada hari ini, dan menghadaplah ke kiblat lalu bacalah zikir berikut (100 kali):
سُبْحَانَ اللهِ وَاللهُ اَكْبَرُ مَاشَآءَ اللهُ لاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَ يُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَيَمُوْتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Mahasuci Allah, Allah Maha Besar, apa yang dikehendaki Allah, tiada kekuatan kecuali dengan Allah. Aku bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah Yang Mahaesa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kekuasaan dan bagi-nya segala puji, Dia Yang Menghidupkan dan Mematikan, Dialah Yang Hidup dan tidak mati, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Doa ketika sampai di Muzdalifah,
اللَّهُمَّ إِنَّ هَذِهِ مُزْدَلِفَةُ جُمِعَتْ فِيْهَا أَلْسِنَةٌ مُخْتَلِفَةٌ، تَسْأَلُكَ حَوَائِجَ مُتَنَوِّعَةً فَاجْعَلْنِيْ مِمَّنْ دَعَاكَ فَاسْتَجَبْتَ لَهُ وَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فَكَفَّيْتَهُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Ya Allah, sesungguhnya ini Muzdalifah telah dikumpulkan bermacam-macam bahasa yang memohon kepada-Mu hajat/keperluan yang aneka ragam. Maka masukkanlah aku ke dalam golongan orang yang memohon kepada-Mu, lalu Engkau penuhi permintaannya, yang berserah diri pada-Mu lalu Engkau lindungi dia, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari segala yang Pengasih. 
Do’a ketika sampai di Mina
اللَّهُمَّ هَذَا مِنَى فَامْنِنْ عَلَيَّ بِمَا مَنَنْتَ بِهِ عَلَى أَوْلِيَائِكَ وَأَهْلِ طَاعَتِكَ
Ya Allah, tempat ini adalah Mina, maka anugerahilah aku apa yang Engkau telah anugerahkan kepada orang-orang yang dekat dan taat kepada-Mu.

2. THAWAF
G.      Sejarah Thawaf
            Sejarah Tawaf kembali pada zaman nabi Adam as. Saat beliau dikeluarkan dari surga ia datang ke Ka'bah dan menTawafinya sebagaimana Tawafnya para malaikat di Arsy.[9] Tawaf di Baitullahil Haram berlansung di sepanjang sejarah dan menjadi bagian rukun haji. Bahkan pada zaman jahiliyah sebelum Islam, setiap orang yang masuk haram Mekah atau punya niat bepergian, pertama kali perbuatan yang dia lakukan adalah mengelilingi rumah, dan perbuatan ini dianggap jalan terpenting dalam mendekatkan diri pada Allah. Pelaksanaan perbuatan ini tidak butuh pada zaman dan tempat khusus, dan mereka setiap kali memasuki tempat peribadatan dimana di situ ada rumah (bait) maka mereka mengelilinginya 7 kali putaran. Orang-orang yang tidak mampu, melakukan itu tanpa alas kaki dan orang-orang kaya dengan memakai sepatu.
Menurut bahasa Kata tawaf adalah bentuk jamak dari kata taif, artinya orang yang bertawaf di sekeliling Baitul Haram (Ka’bah)
Menurut istilah: mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali putaran, di mana tiga kali pertama dengan lari-lari kecil (jika mungkin) dan selanjutnya dengan berjalan biasa. Tawaf dimulai dan berkir di Hajar Aswad (tempat batu hitam) dengan menjadikan Baitullah di sebelah kiri

H.      Syarat-syarat thawaf
1.      Suci dari hadas.
2.      Suci dari najis pada badan dan pakaian.
3.      Menutup aurat.
4.      Dimulai dari tempat yang sejajar dengan Hajar Aswad yang ada disalah satu sudut Ka'bah. Apabila seseorang memulai tawafnya pada sudut Kaabah yang tidak sejajar dengannya, maka putaran itu tidak dihitung hingga sampai pada sudut Hajar Aswad untuk dihitung sebagai awal tawaf.
5.      Mengirikan Ka'bah dan berjalan ke depan.
6.      Dilakukan di dalam Masjidil Haram tetapi di luar bahagian Kaabah iaitu di luar Hijir Ismail (ﺣﺠﺮ ﺍﺳﻤﺎﻋﻴﻞ) dan Syazarwan (ﺷﺎﺫﺭﻭﺍﻥ).
7.      Dilakukan tujuh putaran dengan yakin.

I.         Sunnah Thawaf
·         Bertawaf dengan berjalan kaki.
·         Memendekkan langkah.
·         Berjalan cepat dengan berlari anak.
·         Istilam kepada Hajar Aswad saat awal tawaf sambil mengucapkan "Allahu Akbar".
·         Beristilam dengan tangan kanan.
·         Mencium Hajar Aswad dan meletakkan dahi ke atasnya.
·         Beristilam di rukun Yamani.
·         Berittibak.
·         Solat sunah dua rakaat setelah tawaf di belakang Maqam Ibrahim.
·         Bertawaf berdekatan dengan Ka'bah (untuk memudahkan istilam).
Istilam -
·         Mencium Hajar Aswad atau menyentuhnya dengan tangan.
·         Jika tidak mampu, memadai dengan isyarat atau melambai dengan tangan.
·         Lebih baik dilakukan setiap putaran jika mampu.
Ittibak -
·         Meletakkan pertengahan kain selendang/ihram di bawah ketiak kanan dan kedua ujungnya di atas kiri dengan menjadikan bahu kanan terbuka bagi kaum pria.

J.         Tatacara Thawaf
·         Memulai thawafnya dengan menyisir dekat Hajar Aswad, sambil mencium, menyapu atau memberi isyarat bagaimana dapatnya
·         Disunnatkan berjalan cepat pada tiga putaran pertama; langkah hendklah diperpendek dan dipercepat, dan sedapat mungkin mendekatkan diri ke ka’bah. Kemudian pada empat kali putaran selanjutnya hendaklah ia berjalan seperti biasa. Bagi yang tidak dapat berjalan cepat atau mendekati ka’bah, bolehlah thawaf sebagaimana dapatnya, dan disunatkan menyapu rukun Yamani dan mencium Hajar Aswad atau mengusapnya pada setiap kali dari 7 putaran itu.
·         Memperbanyak do’a dan dzikir.
A.    Saat menghadap Hajar Aswad
B.     Jika telah mulai thawaf
·         Ketika berada di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad
·         Jika telah selesai 7 putaran, shalatlah dua rakat’at dekat maqam Ibrahim

K.      Makna Thawaf
            Thawaf, mengandung makna bahwa gerak hidup setiap manusia, bukanlah sekedar untuk hidup itu sendiri, melainkan segala gerak hidup itu terjadi dan menuju kepada Allah SWT. Allah SWT sebagai pusat pusaran gerak manusia, sebagai pusat orbit gerakan kehidupan manusia.
Secara singkat, simbolisasi dari tawaf berdasarkan pemaknaan di atas, adalah bahwa setiap manusia harus memiliki kesadaran yang kuat mengenai pemahaman yang benar dan lurus dari mana kehidupan ini berasal dan ke mana akan menuju, yaitu dari dan menuju Allah.
Tawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran dimulai dan diakhiri dari Rukun Hajar Aswad, sedangkan Ka’bah berada disebelah kiri. Ka’bah adalah pusat/kiblat ibadah umat islam. Disinilah, di baitullah ini kita menjadi tamu Allah SWT.
Putaran tawaf sebanyak 7 kali merefleksikan rotasi bumi terhadap matahari yang menandai putaran terjadinya kisaran waktu, siang dan malam, yang menunjukkan waktu, hari, bulan dan tahun. Subhanalloh…inilah kebesaran Allah SWT, semuanya bukanlah terjadi secara kebetulan, tetapi sudah menjadi sunnatullah.
            Thawaf melambangkan nilai-nilai tauhid. Dalam tawaf manusia diarahkan agar selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mendekatkan diri kepada Allah SWT bukan hanya satu kali saja, tetapi berulang kali dan setiap waktu dalam kehidupan, sebagaimana dilambangkan dalam ibadah tawaf yang dilakukan tujuh kali putaran.
Ini melambangkan agar manusia selalu mendekatkan diri kepada Allah selama tujuh hari dalam seminggu, bermakna manusia harus dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT setiap saat dan setiap hari dalam kehidupannya.
            Thawaf tersebut dilakukan dengan penuh penghayatan akan kehadiran Allah SWT, berzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada-Nya. Ini melambangkan agar setiap manusia harus selalu beribadah kepada Allah SWT dengan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap hari, mengingat kepada-Nya, berzikir, berdoa dan memohon ampun kepada-Nya.
Tidak ada hari yang lepas daripada ibadah, zikir, berdoa dan memohon ampun. Inilah kehidupan beribadah seorang muslim. Maksud tawaf ini sesuai dengan lafadz doa iftitah yang dilakukan dalam shalat:
“ inna shalaati wa nusukiy wamahyaaya wa mamaatiy lillahi robbil ‘alamiin “, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku adalah untuk Allah SWT, Tuhan seluruh alam “.
Dalam tawaf, kita diwajibkan untuk mengucup batu hitam “Hajar Aswad” atau dengan cara memberi isyarat lambaian tangan ( istislam ) kepadanya, sebagaimana yang dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW. Ini bermakna dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, umat Islam harus mengikuti sunnah dan contoh yang dilakukan oleh baginda Rasulullah SAW.
Mengucup batu hitam tersebut juga merupakan lambang bahwa ibadah harus dilakukan dengan penuh kecintaan kepada Allah SWT. Ibadah dilakukan bukan untuk tujuan dunia, bukan tujuan sementara tetapi hanya dengan tujuan mengharapkan keridhaan Allah SWT dengan penuh rasa cinta kepada-Nya

L.       Macam-Macam Thawaf
a. Tawaf Qudum
            Merupakan tawaf pertama yang dilakukan ketika kita tiba di Mekah. Nama lain dari Tawaf Qudum adalah Tawaf Dukhul yaitu tawaf pembuka atau tawaf selamat datang
Setiap kali memasuki Masjidil Haram, Nabi Muhammad SAW lebih dulu melakukan Tawaf sebagai pengganti shalat Tahiyyatul Masjid. Dari peristiwa ini maka disebut juga Tawaf Masjidil Haram. Hukum melaksanakan Tawaf Qudum adalah Sunat, maka apabila tidak melaksanakan Tawaf Qudum tidak membatalkan Ibadah haji ataupun Umroh.
Bagi wanita, melaksanakan Tawaf Qudum tidak perlu berlari – lari kecil karena cukup dengan berjalan biasa.  Tawaf Qudum ini juga boleh tidak disambung dengan Sa’i, tetapi bila disambung maka Sa’inya sudah termasuk Sa’i haji. Oleh karena itu waktu Tawaf Ifadah jama’ah tidak perlu lagi melakukan Sa’i.
Bagi wanita yang sedang haid atau Nifas dilarang melakukan Thawaf Qudum.
b. Tawaf Sunat
            Adalah macam tawaf yang bisa dilakukan kapan saja. Kalau dilakukan saat baru memasuki Masjidil Haram, Tawaf ini berfungsi sebagai pengganti shalat Tahiyatul Masjid. Tawaf sunat inilah yang dimaksud atau disebut Tawaf Tathawwu.
c. Tawaf Ifadah
            Tawaf Ifadal disebut juga Tawaf Ziarah atau Tawaf Rukun. Tawaf Ifdal sendiri adalah salah satu rukun haji yang wajib dilaksanakan,  apabila tidak melakukannya maka hajinya batal.
Macam Tawaf ini dilaksanakan setelah semua ibadah Haji telah diselesaikan yaitu ; melontar jumrah Aqabah, membayar dam serta Tahallul Akhir (Mencukur) kemudian disunatkan memakai wewangian setelah jama’ah tidak Ihram.
d. Tawaf Wada
            Arti dari kata wada adalah perpisahan. Tawaf Wada (Tawaf perpisahan) juga disebut Tawaf Shadar (Tawaf kembali).
            Tawaf Wada juga disebut dengan Tawaf Shadar (Tawaf Kembali) karena setelah itu jama’ah Haji atau Umroh akan meninggalkan Makkah untuk ketempat masing-masing. Tawaf ini cukup dikerjakan dengan berjalan biasa. Dalam pelaksanaannya sama dengan Tawaf yang lainnya, akan tetapi do’a yang dibaca berbeda untuk semua putaran.
            Bagi jama’ah Haji atau Umroh yang belum melakukan Tawaf ini belum boleh untuk meninggalkan Makkah, karena hukumnya Wajib. Bila tidak dikerjakan maka wajib membayar Dam dan bila sudah mengerjakan maka tidak dibenarkan lagi tinggal di Masjidil Haram. Jika Jama’ah sudah keluar Masjid, maka hendaklah segera pergi sebab kalau jama’ah masih kembali ke masjid diharuskan mengulangi Tawaf Wada ini.
            Wanita yang sedang Haid dibebaskan dari Thawaf wada dan ia boleh langsung meninggalkan Makkah.

M.     Keutamaan Thawaf
            Dalam riwayat-riwayat, banyak keutamaan yang dijelaskan untuk Tawaf. Amirul Mukminin as berkata:"Sesungguhnya Allah memiliki 120 rahmat di Baitullahil Haram; 60 untuk orang-orang yang Tawaf, 40 untuk orang-orang yang salat dan 20 untuk orang-orang yang memandang (Ka'bah)".  Riwayat ini pula di nukil oleh Ahlusunnah dari Rasulullah saw.  Sebagian keutamaan-keutamaan lain Tawaf antara lain adalah:
·         Tawaf merupakan hiasan Ka'bah.
·         Allah bangga dengan orang-orang yang Tawaf.
·         Tawaf adalah ikatan janji dengan Allah.
·         Tawaf penyebab dihapusnya azab.
·         Tawaf penyebab diampuninya dosa-dosa.
·         Tawaf penyabab diangkatnya derajat.
·         Tawaf memiliki pahala memerdekakan seorang budak hingga 70.000 budak.
·         Tahwaf dapat memenuhi hajat-hajat.
            Bagi orang yang datang ke Mekah disunnahkan berTawaf 360 kali, jika tidak mampu maka 360 putaran Tawaf, dan jika tidak mampu maka selama berada di Mekah dianjurkan melakukan Tawaf semampunya.
            Di dalam sebagian riwayat diterangkan bahwa alasan 7 kali putaran Tawaf adalah karena 7000 tahun taubat dan ibadat para Malaikat dalam peristiwa penciptaan nabi Adam as. Setiap putaran sama dengan 1000 tahun.

Dan berikut ini bacaan doanya lengkap dari putaran pertama hingga putaran ketujuh.
Putaran 1                                                                                             
 سُبْحَان اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اللّهُمَّ إِيْمَانًا بِكَ وَتَصْدِيْقًا بِكِتَابِكَ وَوَفَاءً بِعَهْدِكَ وَاتِّبَاعًا لِسُنَّةِ نَبِيـِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ الدَّا ئِمَةَ فىِ الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلاَخِرَةِ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ
Artinya : Maha suci Allah, segala puji bagi Allah. Tiada daya (untuk memperoleh manfa'at) dan tiada kemampuan (untuk menolak bahaya) kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Salawat dan salam bagi Rasulullah SAW. Ya Allah, aku thawaf karena beriman kepada-Mu dan membenarkan kitabMu dan memenuhi janjiMu dan mengikuti sunnah NabiMu Muhammad SAW. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu ampunan, kesehatan dan perlindungan yang kekal dalam menjalankan agama, di dunia dan akhirat, dan beruntung memperoleh surga dan terhindar dari siksa neraka.

Pada setiap kali sampai di rukun Yamani mengusap nya atau bila tidak mungkin maka mengangkat tangan tanpa di kecup sambil mengucap بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ  Bismillahi Wallahu-Akbar Artinya : Dengan menyebut nama ALLAH dan ALLAH Maha besar

Putaran 2
اَللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا الْبَيْتَ بَيْتُكَ، وَالْحَرَمَ حَرَمُكَ، وَالْأَمْنَ أَمْنُكَ، وَالْعَبْدَ عَبْدُكَ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدُكَ وَهَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِك مِنْ النَّارِ. فَحَرِّمْ لُحُومَنَا وَبَشَرَتَنَا عَلَى النَّارِ , اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ , اَللَّهُمَّ قِنِيْ عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبادَكَ. اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya :
Ya Allah, sesungguhnya Bait ini rumah-Mu, tanah mulia ini tanah-Mu, negeri aman ini negeri-Mu, hamba ini hamba-Mu anak dari hamba-Mu dan tempat ini adalah tempat orang berlindung pada-Mu dari siksa neraka, maka haramkanlah daging dan kulit kami dari siksa api neraka. Ya Allah, cintailah kami pada iman dan biarkanlah ia menghias hati kami, tanamkan kebencian pada diri kami pada perbuatan kufur, fasiq, maksiat dan durhaka serta masukkanlah kami ini dalam golongan orang yang mendapat petunjuk. Ya Allah, lindungilah aku dari azab-Mu dihari Engkau kelah membangkitkan hamba-hamba-Mu. Ya Allah, anugerahkanlah surga kepadaku tanpa hisab.

Putaran 3
 اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ اشَّكِّ وَالشِّرْكِ وَالشِّقَاقِ وَالنِّفَاقِ وَسُوٓءِاْلأَخْلَاقِ وَسُوٓءِاْلمَنْظَرِ وَاْلمُنْقَلَبِ فِى اْلمَالِ وَاْلأَهْلِ وَالْوَلَدِ. اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ. اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ فِتْنَةِ اْلمَحْيَا وَاْلمَمَاتِ
Artinya:
Ya Allah, aku berlindung padaMu daripada syak was-was, syirik, cerai berai (bertengkar) muka dua, buruk budi pekerti, buruk pandangan (salah urus) terhadap harta benda dan keluarga. Ya Allah sesungguhnya aku mohon padaMu keridhaanMu dan syurga, dan aku berlindung padaMu daripada murkaMu dan neraka. Ya Allah, aku berlindung padaMu dari fitnah kubur serta dari fitnah kehidupan dan derita kematian.

 Putaran 4
اللّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَعَمَلاً صَالِحًا مَقْبـُولاً وتِحَارَةً لَنْ تَبُوْرَ. يَاعَالِمَ مَافِى الصُّدُوْرِ أَخْرِجْنِيْ يَا اللهُ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ. اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْـِفرَتِكَ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. ربِّ قَنِّعْنِيْ بِمَا رَزَقْتَنِيْ وَبَارِكْ لِيْ فِيْمَا أَعْطَيْتَنِيْ وَاخْلُفْ عَلَيَّ كُلَّ غَائِبَةٍ لِيْ مِنْكَ بِخَيْرٍ.
Artinya :
Ya Allah, karuniakanlah haji yang mabrur, sa'i yang diterima, dosa yang diampuni, amal saleh yang diterima dan usaha yang tidak akan mengalami rugi. Wahai Tuhan Yang Maha Mengetahui apa-apa yang terkandung dalam hati sanubari, keluarkanlah aku dari kegelapan ke cahaya yang terang benderang. Ya Allah aku mohon kepadaMu segala hal yang mendatangkan rahmatMu dan keteguhan ampunanMu, selamat dari segala dosa dan beruntung dengan mendapat berbagai kebaikan, beruntung memperoleh surga, terhindar dari siksa neraka. Tuhanku, puaskanlah aku dengan anugerah yang telah Engkau berikan, berkatilah untukku atas semua yang Engkau anugerahkan kepadaku, dan gantilah apa-apa yang hilang dengan kebajikan dariMu".

Putaran 5
 اَللّٰهُمَّ أَظِلَّنِيْ تَحْتَ ظِلِّ عَرْشِكَ يَوْمَ لَا ظِلِّ اِلَّا ظِلُّكَ وَلَا بَاقِىَ اِلَّا وَجْهُكَ وَأَسْقِنِيْ مِنْ حَوْضِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ شُرْبَةً هَنِيَْئَةً مَرِيْئَةً لَا نَظْمَأُ بَعْدَ هَا أَبَدًا , اَللّٰهُمَّ اِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَنَعِيْمَهَا وَمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ أَوْ عَمَلٍ
Artinya :
Ya Allah, lindungilah aku di bawah naungan singgasana-Mu pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Mu, dan tidak ada yang kekal kecuali Zat-Mu, dan berikanlah aku minuman dari telaga Nabi Muhammad Saw. dengan suatu minuman yang lezat, segar dan nyaman, sesudah itu aku tidak akan haus untuk selamanya.Ya Allah, aku mohon pada-Mu kebaikan yang dimohonkan oleh Nabi-Mu Muhammad Saw. dan aku berlindung pada-Mu dari kejahatan yang dimintakan perlindungan oleh Nabi-Mu , Muhammad Saw. Ya Allah, aku mohon pada-Mu surga serta ni'matnya dan apapun yang dapat mendekatkan aku kepadanya baik ucapan maupun amal perbuatan dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka serta apapun yang mendekatkan aku kepadanya baik ucapan ataupun amal perbuatan.

Putaran 6
 اللّهُمَّ إِنَّ لَكَ عَلَيَّ حُقُوْقًا كَثِيْرَةً فِيْمَا بَيْنِيْ وَبَيْنَكَ وَحُقُوْقًا كَثِيْرَةً فِيْمَا بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَلْـقِكَ. اللّهُمَّ مَاكَانَ لَكَ مِنْهَا فَاغْفِرْهُ لِيْ وَمَاكَانَ لِخَلْقِكَ فَتَحَمَّلْهُ عَنِّيْ وَأَغْنِنِى بِحَلاَ لِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطَا عَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ يَاوَاسِعَ الْمَغْفِرَةِ. اَللّهُمَّ إِنَّ بَيْتَكَ عَظِيْمٌ وَوَجْهَكَ كِرَيْمٌ اَنْتَ يَااللهُ حَلِيْمٌ كَرِيْمٌ عَظِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ.

 Artinya :
 Ya Allah, sesungguhnya Engkau mempunya hak yang banyak sekali atas diriku dalam hubungan antara aku dengan Mu. Dan Engkau juga mempunya hak yang banyak sekali dalam hubungan antara aku dengan makhlukMu. Ya Allah, apa yang menjadi hakMu atas diriku, maka ampunilah aku. Dan apa saja yang menjadi hak makhlukMu atas diriku, maka tanggungkanlah dariku. Cukupkanlah diriku dengan rizkiMu yang halal, terhindar dari yang haram. Dan dengan ta'at kepadaMu, terhindar dari kemaksiatan. Dan dengan anugerahMu terhindar daripada mengharap dari selain daripadaMu, wahai Tuhan Yang Maha Luas pengampunanNya. Ya Allah, sesungguhnya rumahMu ini agung, ZatMu pun sungguh mulia, dan Engkau ya Allah, Maha Penyabar, Maha Pemurah dan Maha Agung, Engkau suka memberi ampun, maka ampunilah aku.

Putaran 7
 اللّهُمَّ إِنِّيْ أسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَا مِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلَالًا طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَاحَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ بِرَ حْمَتِكَ يَاعَزِيْزُ تَاغَفَّارُ. رَبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا وَاَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِيْنَ

Artinya :
Ya Allah, aku mohon pada-Mu iman yang sempurna, keyakinan yang benar, rizki yang luas, hati yang khusyu', lidah yang selalu berdzikir (menyebut nama Allah), rizki yang halal dan baik, taubat yang diterima dan taubat sebelum mati, ketenangan ketika mati, keampunan dan rahmat sesudah mati, keampunan ketika dihisab, keberuntungan memperoleh surga dan terhindar dari neraka dengan rahmat kasih sayang-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Perkasa, Yang Maha Pengampun. Tuhanku, berilah aku tambahan ilmu Pengetahuan dan gabungkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shaleh.

Doa Tawaf Rukun Yamani sampai Hajar Aswad (Putaran 1 sampai 7) Untuk bacaan doa tawaf dari rukun yamani menuju hajar aswad adalah sama mulai dari putaran pertama hingga putaran terakhir.
Berikut ini bacaan doanya :
 رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَاَدْ خِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ. يَاعَزِيْزُيَا غَفَّارُيَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Artinya :
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan hindarkanlah kami dari siksa neraka" "Dan masukkanlah kami ke dalam surga bersama orang-orang yang berbuat baik, wahai Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Pengampun dan Tuhan yang menguasai seluruh alam
Doa Setelah Tawaf Setelah selesai 7 kali putaran Tawaf, bergeserlah sedikit ke kanan dari arah sudut Hajar Aswad menghadap bagian dinding Ka’bah yang di sebut Multazam, lalu bisa berdoa sesuai keinginan, namun ada doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika selesai tawaf.
Berikut ini bacaan doanya :
 اللّهُمَّ يَارَبَّ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ اَعْتِقِ رِقَابَنَا وَرِقَابَ ابَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَإِخْوَانِنَا وَأَوْلاَدِنَا مِنَ النَّارِ يَاذَا الْجُوْدِ وَالْكَرَمِ وَالْفَضْلِ وَالْمَنِّ وَالْعَطَاءِ وَالْاِحْسَانِ. اَللَّهُمَّ اَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الْأُمُوْرِ كُلِّهَا وَاَجِرْنَامِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الاَْخِرَةِ. اَللَّهُمَّ اِنِّيْ عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَاقِفٌ تَحْتَ بَابِكَ مُلْتَزِمٌ بِأَعْتَابِكَ مُتَذَلِّلُ بَيْنَ يَدَيْكَ أَرْجُوْ رَحْمَتَكَ وَاَخْشَى عَدَابَكَ ياَقَدِيْمَ اْلِإحْسَانِ. اَللَّهُمَّ اِنِّيْ أَسْأَلُكَ اَنْ تَرْفَعَ ذِكْرِيْ وَتَضَعَ وِزْرِيْ. وَتُصْلِحَ اَمْرِيْ وَتُطَهِّرُ قَلْبِيْ وَتُنَوِّرَ لِيْ فِيْ قَبْرِيْ وَتَغْفِرَلِيْ ذَنْبِيْ وَأَسْأَلُكَ الدَّرَجَاتِ اْلعُلىَ مِنَ اْلجَنَّةِ.
Artinya:
Ya Allah, yang memelihara Ka'bah ini, bebaskan diri kami, bapak-bapak dan ibu-ibu kami, saudara-saudara dan anak-anak kami dari siksa neraka, wahai Tuhan yang maha Pemurah, Dermawan, dan yang mempunyai keutamaan, kemuliaan, kelebihan, anugerah, pemberian dan kebaikan. Ya Allah, perbaikilah kesudahan segenap urusan kami dan jauhkanlah dari kehinaan dunia dan siksa akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu, berdiri dibawah pintuMu, menundukkan diri di hadapanMu sambil mengharapkan rahmatMu, kasih-sayangMu, dan takut akan siksaMu. Wahai Tuhan pemilik kebaikan abadi, aku mohon kepadaMu agar Engkau tinggikan namaku, hapuskan dosaku, perbaiki segala urusanku, bersihkan hatiku, berilah cahaya didalam kuburku. Ampunilah dosaku dan aku mohon padaMu martabat yang tinggi didalam surga".

3. SA’I
A.Pengertian Sa’I
Sa’i ialah berjalan dari buki Safa ke bukit Marwah dan sebaliknya, sebanyak tujuh kali yang berakhir di bukit Marwah. Perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah dihitung satu kali dan juga dari bukit Marwah ke bukit Safa dihitung satu kali.
1)        Amalan Wajib dalam Sa’i atau Syarat-Syaratnya
Ada beberapa syarat atau amalan wajib dalam sa’i antara bukit Shafa dan Marwah, antara lain:
a.         Didahului oleh thawaf yang sah, tanpa dipisahkan oleh wukuf di Arafah, karena demikianlah contoh dari Nabi saw, dan beliau bersabda, ‘Tirulah manasik kalian dariku.’  Juga, karena sa’i adalah “buntut” yang menjadi ikutan thawaf. Jika seseorang sudah  bersa’i setelah thawaf qudum, dia tidak perlu mengulanginya lagi. Yang paling afdhal bagi pelaksana haji qiran, menurut madzhab Hanafi, adalah mendahulukan sa’i.
Madzhab Hanafi membolehkan sa’i ini sikerjakan setelah terlaksananya sebagian besar thawaf, meskipun belum selesai secara sempurna, karena sebagian besar punya hukum yang sama dengan keseluruhan.
Sa’i terhitung sah jika dilakukan setelah thawaf apa pun meskipun itu adalah thawaf sunnah (menurut jumhur), atau setelah thawaf rukun atau qudum menurut madzhab  Syafi’i.
b.         Tertib/berurutan, yakni dimulai dari bukit Shafa dan diakhiri di bukit Marwah, karena Nabi saw, dulu memulai sa’i dari bukit
       Jika seseorang memulai sa’i dari bukit Marwah ke Shafa, putaran tersebut tidak masuk hitungan.
c.         Terdiri atas tujuh putaran. Yaitu, dengan berdiri di atas bukit Shafa emat kali dan di atas bukit Marwah empat kali, dan di bukit ini lah sa’i diakhiri. Perjalanan ke Marwah dihitung sebagai satu kali putaran, dan kembalinya ke Shafa dihitung satu kali putaran juga. Jika ragu jumlah yang sudah dikerjakannya, hendaknya dia berpegang kepada jumlah terkecil. Dalil atas ukuran ini adalah ijma serta perbuatan Rasulullah saw.
d.        Melewati keseluruhan jarak antara bukit Shafa dan Marwah. Wajib menempuh keseluruhan jarak antara Shafa dan Marwah. Jika masih ada satu langkah yang tidak ditempuhnya, sa’inya tidak sah, karena dalam hal ini mesti mengikuti perbuatan Nabi saw.
e.         Muwaalaah (berkelanjutan) antara ketujuh putaran. Ini adalah syarat menurut madzhab Maliki dan Hambali, sunnah menurut selain mereka, sama seperti thawaf.
Madzhab Hambali menambahkan beberapa syarat lain, sehingga syarat-syarat sa’i (menurut mereka) ada sembilan yaitu silam, berakal, niat yang tertentu, dan berjalan bagi yang mampu.
Adapun suci dari junub dan haid bukan syarat bagi sa’i, sama seperti wukuf di Arafah. Jadi, orang jubub dan wanita yang haid boleh melakukan sa’i setelah dia melakukan thawaf di Ka’bah dalam keadaan suci dari junub dan haid. Sebab, ini adalah nusuk yang tidak terkait dengan Ka’bah.
2)        Amalan Sunnah dalam Sa’i
Untuk melaksanakan sa’i antara Shafa dan Marwah, disunnahkan hal-hal berikut.
a.         Mengusap dan mencium Hajar Aswad sesudah selesai thawaf dan shalat dua rakaat thawaf, kemudian keluar dari pintu Shafa (yaitu pintu yang berhadapan dengan bagian antara dua rukun Yamani) untuk menunaikan sa’i antara Shafa dan Marwah, karena demikianlah contoh dari Nabi saw, sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim.
b.         Bersambung dengan thawaf. Artinya, muwaalaah (berkelanjutan) antara thawaf dan sa’i, demikian pula muwaalaah dalam ketujuh putaran sa’i. Pada saat sa’i, makruh berhenti untuk berbicara atau lainnya. Jika seseorang berthawaf atau suatu hari lalu menunaikan sa’i pada hari yang lain ini boleh, dan tidak disunnahkan mengerjakan shalat setelahnya.
c.         Suci dari hadats dan najis, serta menutup aurat.
d.        Berjalan bagi yang mampu, tidak berkendaraan.
e.         Mendaki puncak bukit Shafa dan Marwah, bagi laki-laki saja, sehingga dapat melihat Ka’bah melalui pintu masjid. Hal ini terlaksana dengan naik bukit setinggi ukuran tingginya tubuh manusia (menurut madzhab Syafi’i). Bagi wanita, disunnahkan pula mendaki jika tempat tersebut kosong dari kaum pria, jika tidak, cukup dia berhenti di bawah bukit.
f.          Mengucapkan doa dan dzikir sesuka hatinya, serta mengulanginya tiga kali-tiga kali (menurut madzhab Syafi’i), sambil menghadap Ka’bah. Doa diucapkan dengan suara keras sambil mengangkat kedua tangan ke arah langit993.
g.         Berlari-lari kecil bagi laki-laki pada pertengahan jalur sa’i, tepatnya diantara dua alamat hijau yang tertempel di dinding Masjidil Haram. Ini dianjurkan ketika berangkat ke bukit Shafa dan ketika kembali ke bukit Marwah, karena demikianlah yang dicontohkan oleh Nabi saw, sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim. Ada pun wanita dan orang banci berjalan biasa sepanjang jalur sa’i.
h.         Yang paling afdhal sebagaimana disebutkan oleh imam an-Nawawi adalah memilih waktu yang sepi untuk melaksanakan sa’i dan thawaf. Jika sedang ramai, seyogianya berhati-hati agar tidak menyakiti orang lain. Meninggalkan suatu kesunnahan dalam sa’i lebih utama dari pada mrnyakiti seorang Muslim maupun mengakibatkan dirinya sendiri tersakiti. Jika tidak dapat berlari-lari kecil diantara kedua alamat hijau lantaran sedang ramai, hendaknya dia bergerak menyerupai orang yang berlari-lari kecil, sebagaimana hal ini dianjurkan dalam ramal (berjalan cepat ketika thawaf).
3)        Hukum Menunda Sa’i dari Waktunya yang Asli
Jika sa’i ditunda dari waktunya yang asli (yaitu hari-hari kurban setelah thawaf ziarah):
a.         Jika dia belum pulang ke kampung halamannya, hendaknya dia melakukan sa’i, dan dia tidak menebus apa-apa, sebab dia sudah melaksanakan kewajibannya, dia tidak menebus apa-apa lantaran menunda tadi, karena ia melaksanakannya pada waktunya yang asli, yaitu sesudah thawaf ziarah. Menurut madzhab Hanafi, tidak apa-apa meskipun dia sudah melakukan jimak dengan istrinya, karena dia sudah bertahalul dengan thawaf ziarah, sebab sa’i bukan rukun menurut mereka, maka dari itu ia tidak menghalangi tahalul.
b.         Jika dia sudah pulang ke kampung halamannya, dia wajib menebus dengan dam (menurut madzhab Hanafi), sebab dia meninggalkan sa’i tanpa ada uzur. Sa’i menurut mereka adalah wajib, bukan rukun. Jika dia ingin kembali ke Mekah, dia harus melaksanakan ihram baru. Sebab, ihramnya yang pertama telah selesai/habis dengan thawaf ziarah, karena dengan thawaf ziarah ini berarti dia sudah bertahalul. Maka dari itu, dia perlu melakukan ihram yang baru, setelah kembali ke Mekah dan melaksanakan sa’i, kewajiban menebus dam tadi gugur, sebab dia sudah mengganti amalan (sa’i) yang ditinggalkannya tersebut.
Sa’i sebagaimana yang saya terangkan sebelumnya, adalah rukun menurut jumhur. Haji tidak sempurna tanpanya, dan ia tidak bisa ditebus dengan dam jika ditinggalkan.
B.Proses Melaksanakan Sa’I
Pada mulanya, hendaknya sa’I dimulai dengan langkah-langkah biasa, sampai dekat dengan tanda pertama berwarna hijau, kira-kira sejauh enam hasta. Dari tempat itu, hendaknya jamaah haji mempercepat langkah atau berlari-lari kecil sehingga sampai di tanda hijau yang kedua, kemudian dari sana berjalan kembali dengan langkah-langkah biasa.
Apabila telah sampai di bukit Marwah, hendaknya menaiki bukit Marwah seperti yang dilakukan ketika di bukit Safa. Setelah itu menghadap ke arah Shafa dan berdoa seperti sebelumnya. Dengan demikian, jamaah haji telah selesai melakukan satu kali lintasan sa’i. jika telah kembali lagi ke bukit Shafa, maka dihitung dua kali. Begitulah selanjutnya sampai tujuh kali lintasan.
Dengan selesainya tujuh kali lintasan itu, maka jamaah haji telah menyelesaikan dua hal, yakni thawaf qudum dan sa’i. 
Jika jamaah haji memulai sa’Inya dari Marwah, sa’I dianggap sah akan tetapi harus menambah satu perjalanan lagi sehingga berakhir di Marwah. Bagi jamaah haji yang sakit boleh menggunakan kursi roda.
Adapun persyaratan bersuci dari hadats besar maupun kecil ketika mengerjakan sa’I, hukumnya mustahab (dianjurkan) dan bukan wajib seperti dalam mengerjakan thawaf.
C.Hikmah Sa’i
Ritual sa’I ini merupakan napak tilas dari upaya yang dilakukan Hajar untuk mencarikan air bagi putranya Ismail yang kehausan. Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan sa’I ini diantaranya, bolak-baliknya jamaah haji antara bukit Shafa dan Marwah di halaman Ka’bah, menyerupai perbuatan seorang hamba yang berjalan pulang pergi secara berulang-ulang di halaman rumah sang Raja. Hal itu dilakukannya demi menunjukkan kesetiaannya dalam berkhidmat, seraya mengharap agar dirinya memperoleh perhatian yang disertai kasih sayang.

     D. Doa Sa’i
A. Do’a Ketika Hendak Mendaki Bukit Safa  
Sebelum Memulai Sa’i
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ أَبْدَأُ بِماَبَدَأَ اللهُ بِهِ وَرَسُوْلُهُ إِنَّ الصَّفاَ وَالمَرْوَةَ مِنْ شَعَآئِرِ اللهِ , فَمَنْ حَجَّ البَيْتَ أَوِاعْتَمَرَ فَلاَجُناَحَ عَلَيْهِ أَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِماَ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْراً فَإِنَّ اللهَ شاَكِرٌ عَلِيْمٌ .

“Dengan nama ALLah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Aku mulai dengan apa yang telah dimulai oleh Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Safa dan Marwah sebagian dari Syi'ar-Syi'ar (tanda kebesaran) Allah. Maka barang siapa yang beribadah Haji ke baitullah ataupun berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Penerima Kebaikan lagi maha Mengetahui.”

B. Do’a Di Atas Bukit Safa Ketika Menghadap Ka’bah
أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ , أَللهُ أَكْبَرُ عَلَى ماَ هَداَناَ وَالحَمْدُ ِللهِ عَلَى ماَ أَوْلاَناَ . لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ بِيَدِهِ الخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ . لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزاَبَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِياَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكاَفِرُوْنَ
“Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Segala puji bagi Allah, Allah Mahabesar, atas petunjuk yang diberikan-Nya kepada kami, segala puji bagi Alloh atas karunia yang telah dianugerahkan-Nya kepada kami, tidak ada Tuhan selain Alloh Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dialah yang menghidupkan dan mematikan, pada kekuasaan-Nya lah segala kebaikan dan Dia berkuasa atas segala sesuatu, Tiada Tuhan Selain Alloh Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, yang telah menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya dan menghancurkan sendiri musuh-musuh-Nya, Tidak ada Tuhan selain Alloh dan kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya dengan memurnikan (ikhlas) kepatuhan semata kepada-Nya,  walaupun orang- orang kafir membenci

C. Do’a Sa’i dalam perjalanan 1 s/d 7
1. Do’a perjalanan ke-1, dari bukit Safa ke bukit Marwah, di baca mulai dari bukit Safa sampai pilar hijau.
أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ , أَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَالحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحاَنَ اللهِ العَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ الكَرِيْمِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً وَمِنَ اللَّيْلِ فاَسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلاً طَوِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزاَبَ وَحْدَهُ لاَ شَيْءَ قَبْلَهُ وَلاَ بَعْدَهُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ داَئِمٌ لاَ يَمُوْتُ وَلاَ يَفُوْتُ أَبَداً بِيَدِهِ الخَيْرُ وَإِلَيْهِ المَصِيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dengan segala kebesaraNya. Segala puji bagi Allah Yang Maha Agung dengan segala pujianNya yang tidak terhingga. Maha Suci Allah dengan pujian Yang Maha Mulia diwaktu pagi dan petang. Bersujud dan bertasbihlah padaNya sepanjang malam. Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa yang menepati janjiNya membela hamba-hmbaNya yang menghancurkan musuh-musuhNya dengan keEsaanNya tidak ada sesuatu sebelumNya dengan keEsaanNya, tidak ada sesuatu sebelumNya atau sesudahNya. Dialah yang menghidupkan dan mematikandan Dia adalah Maha Hidup kekal tiada mati dan tiada musnah (hilang) untuk selama-lamanya. Hanya ditanganNyalah terletak kebajikan dan kepadaNyalah tempat kembali dan hanya Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Diantara dua pilar hijau membaca do’a :
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجاَوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ ماَلاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ .

          Ya Allah, ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang Engkau ketahui dari dosakami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang kami sendiri tidak tahu. Sesungguhnya Engkau ya Allah Maha Tinggi dan Maha Pemurah.

Ketika Mendekati Bukit Marwah membaca
إِنَّ الصَّفاَ وَالمَرْوَةَ مِنْ شَعَآئِرِ اللهِ , فَمَنْ حَجَّ البَيْتَ أَوِاعْتَمَرَ فَلاَجُناَحَ عَلَيْهِ أَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِماَ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْراً فَإِنَّ اللهَ شاَكِرٌ عَلِيْمٌ .

"Sesungguhnya safa dan marwah sebagian dari syi'ar-syi'ar (tanda kebesaran) Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah ataupun berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan barang siapa mengerjakan sesuatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha menerima kebaikan dan Maha Mengetahui."

2. Do’a Sa’i perjalanan ke-2, dari bukit Marwah ke bukit Safa, di baca mulai dari bukit Marwah sampai pilar hijau.

أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الحَمْدُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الواَحِدُ الفَرْدُ الصَّمَدُ الَّذِى لَمْ يَتَّخِذْ صاَحِبَةً وَلاَ وَلَداً وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيْكٌ فىِ الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْراً .أَللَّـهُمَّ إِنَّكَ قُلْتَ فىِ كِتاَبِكَ الْمُنَزَّلِ أُدْعُوْنِى أَسْتَجِبْ لَكُمْ دَعَوْناَكَ رَبَّناَ فاَغْفِرْ لَناَ كَماَ أَمَرْتَناَ إِنَّاكَ لَا تُخْلِيْفُ المِيْعاَدَ . رَبَّناَ إِنَّناَ سَمِعْناَ مُناَدِياً يُناَدِى لِلإِيْماَنِ أَنْ آمِنُوْا بِرَبِّكُمْ فَآَمَنّاَ , رَبَّناَ فاَغْفِرْ لَناَ ذُنُوْبَناَ وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِناَ وَتَوَفَّناَ مَعَ الأَبْراَرِ , رَبَّناَ وَأَتِناَ ماَ وَعَدْتَناَ عَلَى رُسُلِكَ وَلاَ تُخْزِناَ يَوْمَ القِياَمَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيْعاَدَ . رَبَّناَ عَلَيْكَ تَوَكَّلْناَ وَإِلَيْكَ أَنَبْناَ وَإَلَيْكَ الْمَصِيْرُ . رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ ذُنُوْبَناَ وَ ِلإِخْواَنِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيْماَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فىِ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ أَمَنُوْا رَبَّناَ إِنَّاكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Allah Maha Besar, Allah maha Besar, Allah Maha Besar, hanya bagi Allahlah segala pujian. Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa. Tumpuan segala maksud dan hajat. Tidak beristri dan tidak beranak, tidak bersekutu dalam kekuasaan. Tidak menjadi pelindung kehinaan. Agungkanlah Dia dengan segenap kebesaran. Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah berfirman dalam Qur'anMu :"Berdo'alah kepadaKu niscaya akan Kuperkenankan bagimu". Sekarang kami telah memohon kepadaMu wahai Tuhan kami. Ampunilah kami seperti halnya Engkau telah perintahkan kepada kami., sesungguhnya Engkau tidak akan memungkiri janji. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu)"berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami berilah kami apa yang Engkau telah janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kmi di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. Ya Allah, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal, dan hanya kepada Engkaulah tumpuan segala sesuatu dan kepada Engkaulah tempat kembali. Ya Allah, ampunilh kami serta semua saudara kami yang telah mendahului kami beriman kepada Engkau dan jangan menjadikn kedengkian dalam kalbu kami terhadap mereka yang telah beriman. Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang."

Diantara Dua Pilar Hijau membaca do’a :

رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجاَوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ ماَلاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ

"Ya Allah, ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang Engkau ketahui dari dosakami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang kami sendiri tidak tahu. Sesungguhnya Engkau ya Allah Maha Tinggi dan Maha Pemurah."

Do’a Ketika Mendekati Bukit Safa
إِنَّ الصَّفاَ وَالمَرْوَةَ مِنْ شَعَآئِرِ اللهِ , فَمَنْ حَجَّ البَيْتَ أَوِاعْتَمَرَ فَلاَجُناَحَ عَلَيْهِ أَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِماَ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْراً فَإِنَّ اللهَ شاَكِرٌ عَلِيْمٌ

"Sesungguhnya safa dan marwah sebagian dari syi'ar-syi'ar (tanda kebesaran) Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah ataupun berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan barang siapa mengerjakan sesuatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha menerima kebaikan dan Maha Mengetahui."  

3. Do’a Sa’i perjalanan ke-3, dari bukit Safa ke bukit Marwah, di baca mulai dari bukit Safa sampai pilar hijau.
أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الحَمْدُ رَبَّناَ أَتْمِمْ لَناَ نُوْرَناَ وَاغْفِرْ لَناَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ . أَللَّـهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الخَيْرَ كُلَّهُ عاَجِلَهُ وَأَجِلَهُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِذَنْبِى وَأَسْأَلُكَ رَحْمَتَكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ .

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Hanya bagi Allah semua pujian. Ya Allah sempurnakanlah cahaya terang bagi kami, ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa Atas segala sesuatu. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon padaMu segala kebaikan yang cepat atau lambat dan aku mohon ampunan padaMU akan dosaku serta aku mohon padaMu rahmatMu wahai Tuhan yang Maha Pengasih dari segenap yang pengasih

Diantara Dua Pilar Hijau membaca do’a
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجاَوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ ماَلاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ
"Ya Allah, ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang Engkau ketahui dari dosakami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang kami sendiri tidak tahu. Sesungguhnya Engkau ya Allah Maha Tinggi dan Maha Pemurah."

Do’a Ketika mendekati bukit Marwah, membaca :
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَأئِرِ اللهِ، فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِاعْتَمَرَ فَلاَ جَنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ

"Sesungguhnya safa dan marwah sebagian dari syi'ar-syi'ar (tanda kebesaran) Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah ataupun berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan barang siapa mengerjakan sesuatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha menerima kebaikan dan Maha Mengetahui." 

4. Do’a Sa’i perjalanan ke-4, dari bukit Marwah ke bukit Safa, di baca mulai dari bukit Marwah sampai pilar hija
 أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الحَمْدُ أَللَّـهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ ماَتَعْلَمُ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ ماَ تَعْلَمُ وأَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ ماَ تَعْلَمُ إِنَّاكَ أَنْتَ عَلاَّمُ الغُيُوْبِ , لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ المَلِكُ الحَقُّ المُبِيْنُ , مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صاَدِقُ الوَعْدِ الأَمِيْنُ . أَللَّـهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ كَماَ هَدَيْتَنِى لِلإِسْلاَمِ أَنْ لاَتَنْزِعَهُ مِنِّى حَتَّى تَتَوَفَّنِى وَأَناَ مُسْلِمٌ , أَللّهُمَّ اجْعَلْ فىِ قَلْبِى نُوْراً وَفىِ سَمْعِى نُوْراً وَفىِ بَشَرِى نُوْراً , أَللَّـهُمَّ اشْرَحْ لىِ صَدْرِى وَيَسِّرْ لىِ أَمْرِى وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَساَوِسِ الصَّدْرِ وَشَتاَتِ الأَمْرِ وَفِتْنَةِ القَبْرِ , أَللَّـهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ ماَ يَلِجُ فىِ اللَّيْلِ وَشَرِّ ماَ يَلِجُ فىِ النَّهاَرِ وَمِنْ شَرِّ ماَ تَهُبُّ بِهِ الرِّياَحُ ياَ أَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ . سُبْحاَنَكَ ماَ عَبَدْناَكَ حَقَّ عِباَدَتِكَ ياَ أَللهُ سُبْحاَنَكَ ماَذَكَرْناَكَ حَقَّ ذِكْرِكَ ياَ أَللهُ .
 “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah. Ya Allah Tuhanku, aku mohon padaMu dari kebaikan yang Engkau tahu dan berlindung padaMu dari kejahatan yang Engkau tahu, dan aku mohon ampun padaMu dri segala kesalahan yang Engkau ketahui, sesungguhnya Engkau Maha mengetahui yang gaib. Tidak ada Tuhan selain Allah Maha Raja yang sebenar-benarnya. Muhammad utusan Allah yang selalu menepati janji lagi terpercaya. Ya Allah sebagaimana Engkau telah menunjuki aku memilih Islam, maka aku mohon kepadaMu untuk tidak mencabutnya sehingga aku meninggal dalam keadaan Muslim. Ya Allah berilah cahay terang dalam hati, telinga dan penglihatanku. Ya Allah lapangkanlah dadaku dan mudahkan bagiku segala urusan. Dan aku berlindung padaMu dari keraguan, simpang-siur urusan dan fitnah kubur. Ya Allah aku berlindung padaMu dari kejahatan yang tersembunyi diwaktu malam dan siang hari, serta kejahatn yang dibawa angin lalu, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari segenap yang pengasih. Ya Allah, Maha Suci Engkau kami tidak menyembahMu dengan pengabdian yang semestinya ya Allah. 

Diantara Dua Pilar Hijau membaca do’a :

رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجاَوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ ماَلاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ .

"Ya Allah, ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang Engkau ketahui dari dosakami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang kami sendiri tidak tahu. Sesungguhnya Engkau ya Allah Maha Tinggi dan Maha Pemurah."

Do’a Ketika mendekati bukit Safa, membaca :
إِنَّ الصَّفاَ وَالمَرْوَةَ مِنْ شَعَآئِرِ اللهِ , فَمَنْ حَجَّ البَيْتَ أَوِاعْتَمَرَ فَلاَجُناَحَ عَلَيْهِ أَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِماَ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْراً فَإِنَّ اللهَ شاَكِرٌ عَلِيْمٌ .
"Sesungguhnya safa dan marwah sebagian dari syi'ar-syi'ar (tanda kebesaran) Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah ataupun berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan barang siapa mengerjakan sesuatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha menerima kebaikan dan Maha Mengetahui."

5. Do’a Sa’i perjalanan ke-5, dari bukit Safa ke bukit Marwah, di baca mulai dari bukit Safa sampai pilar hijau :
أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الحَمْدُ سُبْحاَنَكَ ماَ أَعْلَى شَأْنَكَ ياَ أَللهُ , أَللَّـهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْناَ الإِيْماَنَ وَزَيِّنْهُ فىِ قُلُوْبِناَ وَكَرِّهْ إِلَيْناَ الكُفْرَ وَالفُسُوْقَ وَالعِصْياَنَ وَاجْعَلْناَ مِنَ الرَّاشِدِيْنَ
Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar. Hanya untuk Allah segala puji. Maha Suci Engkau seperti kami bersyukur pada-Mu sebenar-benar syukur wahai Allah. Maha Suci Engkau sepadan ketinggian-Mu wahai Allah. Ya Allah cintakanlah kami kepada iman dan hiaskanlah di hati kami, bencikanlah kami pada perbuatan kufur, fasiq dan durhaka. Masukanlah kami kedalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Diantara dua pilar hijau membaca do’a : 
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجاَوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ ماَلاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ

"Ya Allah, ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang Engkau ketahui dari dosakami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang kami sendiri tidak tahu. Sesungguhnya Engkau ya Allah Maha Tinggi dan Maha Pemurah. 

Do’a Ketika mendekati bukit Marwah, membaca :
إِنَّ الصَّفاَ وَالمَرْوَةَ مِنْ شَعَآئِرِ اللهِ , فَمَنْ حَجَّ البَيْتَ أَوِاعْتَمَرَ فَلاَجُناَحَ عَلَيْهِ أَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِماَ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْراً فَإِنَّ اللهَ شاَكِرٌ عَلِيْمٌ .

"Sesungguhnya safa dan marwah sebagian dari syi'ar-syi'ar (tanda kebesaran) Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah ataupun berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan barang siapa mengerjakan sesuatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha menerima kebaikan dan Maha Mengetahui."

6. Do’a Sa’i perjalanan ke-6, dari bukit Marwah ke bukit Safa, di baca mulai dari bukit Marwah sampai pilar hijau :
أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الحَمْدُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزاَبَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِياَّهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكاَفِرُوْنَ . أَللَّـهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفاَفَ وَالغِنَى , أَللَّـهُمَّ لَكَ الحَمْدُ كاَلَّذِىْ نَقُوْلُ وَخَيْراً مِمَّا نَقُوْلُ , أَللَّـهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ رِضاَكَ وَالجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ وَماَ يُقَرِّبنُِى إِلَيْهاَ مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ أَوْ عَمَلٍ . أَللَّـهُمَّ بِنُوْرِكَ اهْتَدَيْناَ وَبِفَضْلِكَ اسْتَغْنَيْناَ وَفىِ كَنَفِكَ وَإِنْعاَمِكَ وَعَطاَئِكَ وَإِحْساَنِكَ أَصْبَحْناَ وَأَمْسَيْناَ أَنْتَ الأَوَّلُ فَلاَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَالأَخِرُ فَلاَ بَعْدَكَ شَيْءٌ وَالظَّاهِرُ فَلاَ شَيْءَ فَوْقَكَ وَالباَطِنُ فَلاَ شَيْءَ دُوْنَكَ نَعُوْذُ بِكَ مِنَ الفَلَسِ وَالكَسَلِ وَعَذاَبِ القَبْرِ وَفِتْنَةِ الغِنَى وَنَسْأَلُكَ الفَوْزَ بِالجَنَّةِ

 Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar Segala puji hanya untuk Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, yang menepati janjiNya, menolong hambaNya dan menghancurkan musuh dengan ke-Esaan-Nya. Tiada Tuhan yang disembah selain Allah. Dan kami tidak menyembah selain dari Dia dengan ikhlas tunduk dan patuh pada agama sekalipun orang-orang kafir benci. Ya Allah aku mohon padaMu petunjuk, pemeliharaan, penjagaan dan kekayaan. Ya Allah, padaMu lah segala puji seperti yang kami ucapkan bahkan lebih baik dari yang kami sendiri ucapkan. Ya Allah, kami mohon padaMu ridho dan surga dan aku berlindung padaMu dari murkaMu dan neraka, dan apapun yang kekal yang mendekatkan daku kepadanya, baik ucapan, perbuatan maupun pekerjaan. Ya Allah, hanya dengan nur cahayaMu kami ini mendapat petunjuk, dengan pemberianMu kami merasa cukup, dalam naunganMu, nikmatMu, anugerahMu dan kebajikannMu jualah kami ini berada diwaktu pagi dan petang. Engkaulah yang mula pertama, tidak ada suatupun yang ada sebelumMu dan Engkau pulalah yang paling akhir dan tidak ada sesuatupun yang ada sebelumMu dan Engkau pulalah yang paling akhir dan tidak ada sesuatupun yang ada dibelakangMu. Engkaulah yang dzahir, maka tidak ada sesuatupun yang mengatasi Engkau. Engkau pulalah yang batin, maka tidak ada sesuatupun menghalangi Engkau. Kami berlindung padaMu dari pailit, malas,siksa kubur dan fitnah kekayaan serta kami mohon padaMu kemenangan memperoleh surga.

Diantara Dua Pilar Hijau membaca do’a :
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجاَوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ ماَلاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ .
"Ya Allah, ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang Engkau ketahui dari dosakami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang kami sendiri tidak tahu. Sesungguhnya Engkau ya Allah Maha Tinggi dan Maha Pemurah."

Do’a Ketika mendekati bukit Marwah, membaca :
إِنَّ الصَّفاَ وَالمَرْوَةَ مِنْ شَعَآئِرِ اللهِ , فَمَنْ حَجَّ البَيْتَ أَوِاعْتَمَرَ فَلاَجُناَحَ عَلَيْهِ أَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِماَ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْراً فَإِنَّ اللهَ شاَكِرٌ عَلِيْمٌ .

Sesungguhnya safa dan marwah sebagian dari syi'ar-syi'ar (tanda kebesaran) Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah ataupun berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan barang siapa mengerjakan sesuatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha menerima kebaikan dan Maha Mengetahui

Do’a Sa’i perjalanan ke-6, dari bukit Marwah ke bukit Safa, di baca mulai dari bukit Marwah sampai pilar hijau
أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ الحَمْدُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزاَبَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِياَّهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكاَفِرُوْنَ . أَللَّـهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفاَفَ وَالغِنَى , أَللَّـهُمَّ لَكَ الحَمْدُ كاَلَّذِىْ نَقُوْلُ وَخَيْراً مِمَّا نَقُوْلُ , أَللَّـهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ رِضاَكَ وَالجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ وَماَ يُقَرِّبنُِى إِلَيْهاَ مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ أَوْ عَمَلٍ . أَللَّـهُمَّ بِنُوْرِكَ اهْتَدَيْناَ وَبِفَضْلِكَ اسْتَغْنَيْناَ وَفىِ كَنَفِكَ وَإِنْعاَمِكَ وَعَطاَئِكَ وَإِحْساَنِكَ أَصْبَحْناَ وَأَمْسَيْناَ أَنْتَ الأَوَّلُ فَلاَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَالأَخِرُ فَلاَ بَعْدَكَ شَيْءٌ وَالظَّاهِرُ فَلاَ شَيْءَ فَوْقَكَ وَالباَطِنُ فَلاَ شَيْءَ دُوْنَكَ نَعُوْذُ بِكَ مِنَ الفَلَسِ وَالكَسَلِ وَعَذاَبِ القَبْرِ وَفِتْنَةِ الغِنَى وَنَسْأَلُكَ الفَوْزَ بِالجَنَّةِ .
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar Segala puji hanya untuk Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, yang menepati janjiNya, menolong hambaNya dan menghancurkan musuh dengan ke-Esaan-Nya. Tiada Tuhan yang disembah selain Allah. Dan kami tidak menyembah selain dari Dia dengan ikhlas tunduk dan patuh pada agama sekalipun orang-orang kafir benci. Ya Allah aku mohon padaMu petunjuk, pemeliharaan, penjagaan dan kekayaan. Ya Allah, padaMu lah segala puji seperti yang kami ucapkan bahkan lebih baik dari yang kami sendiri ucapkan. Ya Allah, kami mohon padaMu ridho dan surga dan aku berlindung padaMu dari murkaMu dan neraka, dan apapun yang kekal yang mendekatkan daku kepadanya, baik ucapan, perbuatan maupun pekerjaan. Ya Allah, hanya dengan nur cahayaMu kami ini mendapat petunjuk, dengan pemberianMu kami merasa cukup, dalam naunganMu, nikmatMu, anugerahMu dan kebajikannMu jualah kami ini berada diwaktu pagi dan petang. Engkaulah yang mula pertama, tidak ada suatupun yang ada sebelumMu dan Engkau pulalah yang paling akhir dan tidak ada sesuatupun yang ada sebelumMu dan Engkau pulalah yang paling akhir dan tidak ada sesuatupun yang ada dibelakangMu. Engkaulah yang dzahir, maka tidak ada sesuatupun yang mengatasi Engkau. Engkau pulalah yang batin, maka tidak ada sesuatupun menghalangi Engkau. Kami berlindung padaMu dari pailit, malas,siksa kubur dan fitnah kekayaan serta kami mohon padaMu kemenangan memperoleh surga.

Diantara Dua Pilar Hijau membaca do’a :
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجاَوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ ماَلاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ .
"Ya Allah, ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang Engkau ketahui dari dosakami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang kami sendiri tidak tahu. Sesungguhnya Engkau ya Allah Maha Tinggi dan Maha Pemurah."

Do’a Ketika mendekati bukit Safa, membaca :
إِنَّ الصَّفاَ وَالمَرْوَةَ مِنْ شَعَآئِرِ اللهِ , فَمَنْ حَجَّ البَيْتَ أَوِاعْتَمَرَ فَلاَجُناَحَ عَلَيْهِ أَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِماَ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْراً فَإِنَّ اللهَ شاَكِرٌ عَلِيْمٌ .
"Sesungguhnya safa dan marwah sebagian dari syi'ar-syi'ar (tanda kebesaran) Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah ataupun berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan barang siapa mengerjakan sesuatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha menerima kebaikan dan Maha Mengetahui."

Do’a Sa’i perjalanan ke-7, dari bukit Safa ke bukit Marwah, dibaca mulai dari bukit Safa sampai pilar hijau :
أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ أَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَالحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً , أَللَّـهُمَّ حَبِّبْ إِلَيَّ الإِيْماَنَ وَزَيِّنْهُ فىِ قَلْبِى وَكَرِّهْ إِلَيَّ الكُفْرَ وَالفُسُوْقَ وَالعِصْياَنَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الرَّاشِدِيْنَ .
Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar. Segala puji kembali kepada Allah. Ya Allah cintakanlah aku kepada iman, hiaskanlah ia dikalbuku. Bencikanlah padaku perbuatan kufur, fasiq dan durhaka. Dan masukkanlah pula aku dalam golongan orang yang mendapat petunjuk.

Diantara dua pilar hijau membaca do’a :
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاعْفُ وَتَكَرَّمْ وَتَجاَوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ إِنَّكَ تَعْلَمُ ماَلاَ نَعْلَمُ إِنَّكَ أَنْتَ اللهُ الأَعَزُّ الأَكْرَمُ .
"Ya Allah, ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang Engkau ketahui dari dosakami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang kami sendiri tidak tahu. Sesungguhnya Engkau ya Allah Maha Tinggi dan Maha Pemurah."

Do’a Ketika mendekati bukit Marwah, membaca :
إِنَّ الصَّفاَ وَالمَرْوَةَ مِنْ شَعَآئِرِ اللهِ , فَمَنْ حَجَّ البَيْتَ أَوِاعْتَمَرَ فَلاَجُناَحَ عَلَيْهِ أَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِماَ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْراً فَإِنَّ اللهَ شاَكِرٌ عَلِيْمٌ .

"Sesungguhnya safa dan marwah sebagian dari syi'ar-syi'ar (tanda kebesaran) Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah ataupun berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan barang siapa mengerjakan sesuatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha menerima kebaikan dan Maha Mengetahui."

D. Do’a Di Bukit Marwah Selesai Sa’i
أَللَّـهُمَّ رَبَّناَ تَقَبَّلْ مِنَّا وَعاَفِناَ وَاعْفُ عَنَّا وَعَلَى طاَعَتِكَ وَشُكْرِكَ أَعِنَّا وَعَلَى غَيْرِكَ لاَ تَكِلْناَ وَعَلَى الإِيْماَنِ وَالإِسْلاَمِ الكاَمِلِ جَمِيْعاً تَوَفَّناَ وَأَنْتَ راَضٍ عَنَّا أَللَّـهُمَّ ارْحَمْنِى بِتَرْكِ المَعاَصِى أَبَداً ماَ أَبْقَيْتَنِى وَارْحَمْنِى أَنْ أَتَكَلَّفَ ماَ لاَ يَعْنِيْنِى وَارْزُقْنِى حُسْنَ النَّظَرِ فِيْماَ يُرْضِيْكَ عَنِّى ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ .
Ya Allah kami mohon diterima do'a kami, afiatkan dan ampunilah kami, berilah pertolongan kepada kami untuk taat dan bersyukur kepadaMu. Janganlah Engkau jadikan kami bergantung selain kepadaMu. Matikanlah kami dalam Islam yang sempurna dalam keridhaanMu. Ya Allah rahmatilah diri kami sehingga mampu meninggalkan segala kejahatan selama hidup kami, dan rahmatilah diri kami sehingga tidak berbuat hal yang tidak berguna. Karuniakanlah kepada kami keridhaanMu. Wahai Tuhan yang bersifat Maha Pengasih lagi Penyayang. 
Setelah do'a ini dapat diteruskan dengan do'a menurut keinginan masing-masing, kemudian menggunting rambut (Tahalul)

wukuf, thawaf, dan sa'i

1. WUKUF   Sejarah wukuf di Arafah Arafah merupakan   sebuah lembah yang terletak di antara Muzdalifah dan Thaif. Terbentang mulai ...